Sunday 17 June 2012

Kota Jayapura


UNIK dan menarik. Dua kata itu tepat untuk menyebut kota yang terletak di paling ujung kawasan timur Indonesia. Selain letaknya berbatasan dengan Papua Niugini dan topografi yang berbukit-bukit, kota ini pun berganti nama sebanyak empat kali sebelum menjadi Jayapura.

Kota Jayapura adalah ibukota provinsi Papua, Indonesia. Kota ini merupakan ibukota provinsi yang terletak paling timur di Indonesia. Kota yang indah ini terletak di teluk Jayapura. Sebelumnya kota ini pernah bernama Soekarnopura dan Hollandia. Kota ini memiliki luas wilayah 9,4 km2 dan berpenduduk sebanyak 172.723 jiwa (2000).

SEBELUM perang dunia II, saat Belanda mendarat di bumi Papua, Jayapura diberi nama "Hollandia", yang berarti daerah berbukitbukit dan berteluk. Saat itu daerah ini ditunjuk sebagai ibu kota "Dutch New Guinea". Setelah definitif kembali ke Indonesia pada 1 Mei 1963, sejak saat itu nama "Hollandia" menjadi "Kota Baru" (1963-1969), lalu "Sukarnopura" (1969-1975), dan akhirnya "Jayapura".

Berada di Jayapura yang terletak di bibir Teluk Yos Sudarso dan Teluk Yotefa akan disuguhkan pemandangan indah panorama alam yang berbukit-bukit serta hamparan lautan Pasifik berair biru jernih. Kekayaan alam yang demikian indah itu menawarkan obyek wisata menarik.


 Dari kota ini pun bila ingin ke Papua Niugini (PNG) hanya diperlukan waktu tempuh lebih kurang 1,5 jam lewat darat. Tak salah bila pemerintah kota merancang Jayapura sebagai kota jasa, perdagangan, dan pariwisata. Di luar itu, sebutan kota pendidikan atau pun kota pelabuhan juga melekat bagi ibu kota Provinsi Papua ini.

Topografi daerahnya cukup bervariasi, mulai dari dataran hingga daerah berbukit di ketinggian 700 meter di atas permukaan air laut. Wilayah perbukitan terjal, rawa-rawa, dan hutan lindung dengan kemiringan 40 persen merupakan daerah yang tidak layak huni. Kondisi seperti itu membuat penyebaran penduduk kurang merata. Penduduk banyak terkonsentrasi di pusat kota, yaitu Kecamatan Jayapura Utara dan Jayapura Selatan.

Kota Jayapura memiliki beragam fungsi. Citra sebagai ibu kota provinsi yang menyandang segala kemudahan pemenuhan kebutuhan hidup dan sarana pendukung menyebabkan kota ini jadi kota tujuan. Beragam etnis, agama, budaya, maupun tingkat pendidikan mewarnai kehidupan kota. Mereka bekerja di berbagai bidang mulai pertanian hingga pemerintahan.

Sektor jasa paling banyak menyerap tenaga kerja sejumlah 29.180 orang atau 41,8 persen berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2002. Dikaitkan dengan kegiatan ekonomi Kota Jayapura, sektor jasa memberi kontribusi terbesar bagi pembentukan PDRB Jayapura, 25-30 persen dari total PDRB. Jasa pemerintahan umum merupakan penyumbang terbesar-90 persen lebih-bagi sektor jasa. Rupanya, sebagian besar penduduk Jayapura bekerja sebagai pegawai negeri. Ini artinya, pengeluaran terbesar Pemerintah Kota Jayapura adalah belanja pemerintahan, termasuk untuk gaji pegawai.

Keinginan pemerintah kota mengembangkan Jayapura sebagai kota perdagangan cukup beralasan. Lahan usaha ini menyerap 15.124 tenaga kerja atau 21,7 persen. Sebutan kota perdagangan ini dikaitkan dengan fungsinya sebagai tempat menampung hasil pertanian, hasil industri rumah tangga di sekitarnya, maupun sebagai pusat distribusi barang ke daerah lain dan bagi Jayapura sendiri.

Fasilitas yang tersedia berupa pasar tradisional, seperti Pasar Ampera, Pasar Hamadi, Pasar Entrop, dan Pasar Abepura. Ada pula pasar kecamatan, seperti Pasar Tanjungria dan Pasar Muaratami di perbatasan RI dan PNG. Di pusat kota dan di Abepura juga ada pasar modern dan pusat grosir. Perdagangan dimotivasi etnis dari Sulawesi Selatan, warga Tionghoa, serta etnis lainnya, termasuk penduduk asli yang mulai melakukan perdagangan.

Berkait erat dengan perdagangan adalah sektor perhubungan. Untuk mendistribusikan barang ke daerah-daerah lain di pedalaman serta lancarnya aktivitas perdagangan, diperlukan sarana dan prasarana yang memadai.

Angkutan laut, udara, dan darat mempunyai peran penting. Khusus angkutan darat, berbagai jenis kendaraan angkutan kota siap mengangkut penumpang maupun barang, mulai dari bus, taksi hingga mobil sewa. Belum lagi peran pelabuhan laut yang dikelola PT Pelabuhan Indonesia Wilayah IV Cabang Jayapura. Kunjungan kapal bongkar-muat dan naik-turun penumpang terus meningkat. Bahkan tahun 2001 jumlah kapal niaga yang berlabuh naik 240,5 persen dari tahun sebelumnya menjadi 2.191 kapal.

Ramainya aktivitas perdagangan dan angkutan berpengaruh pada besarnya sumbangan kedua sektor itu bagi PDRB kota. Dalam lima tahun terakhir, dua sektor itu saling bersaing menempati posisi kedua setelah sektor jasa yang tak beranjak dari urutan teratas.

Kondisi jalan yang baik membuat Jayapura memiliki fungsi sebagai kota transit. Masyarakat yang ingin ke Wamena harus melalui Jayapura. Bukan hanya penduduk Papua yang menjadikan Jayapura sebagai kota transit, turis asing maupun lokal juga menggunakan kota ini sebagai kota persinggahan bila ingin menuju pedalaman. Penerbangan dari Jayapura ke pelosok pedalaman juga lebih mudah didapat, dibanding penerbangan dari kabupaten lain.

Meskipun Bandara Sentani terletak di Kabupaten Jayapura, lebih kurang 33 kilometer atau 30-45 menit dengan taksi bandara sampai ke pusat kota, pendatang, baik turis maupun yang datang untuk urusan dinas, akan singgah dan menginap di Kota Jayapura.

Pariwisata Jayapura memang belum sepenuhnya pulih dari kondisi terpuruk sejak krisis melanda negeri ini. Turis asing yang datang ke kota ini pun belum seperti yang diharapkan. Paling banter berharap pada turis asal PNG yang datang ke Jayapura. Selain berlibur dan mengunjungi tempat-tempat wisata, mereka juga datang berbelanja. Ada berbagai obyek wisata pantai yang ditawarkan seperti Pantai Base G, Pantai Hamadi, Pantai Hotekamp, dan Pantai Skow. Ada pula obyek wisata kultural semacam museum budaya dan obyek wisata peninggalan perang dunia II.

Kota Jayapura memang menjanjikan. Selain sebagai pusat pemerintahan, kota ini menjadi daya tarik masyarakat daerah sekitar yang mencari penghidupan. Mengalirnya masyarakat daerah sekitar ke Kota Jayapura berdampak pada meningkatnya pengangguran. Tahun 2001 pengangguran mencapai 12.242 pencari kerja, meningkat tiga kali lipat dibanding tahun sebelumnya. Jumlah terbesar berasal dari lulusan setingkat SMA sebanyak 8.717 dan sarjana sebanyak 2.415.

Masalah pengangguran menjadi persoalan tersendiri bagi kota yang juga menyandang sebutan kota pendidikan ini. Padahal, satu perguruan tinggi negeri, yaitu Universitas Cendrawasih dan 12 perguruan tinggi swasta dengan berbagai status merupakan wujud upaya kota ini meningkatkan sumber daya manusia berkualitas.
MG Retno Setyowati Litbang Kompas

No comments:

Post a Comment

MATERIAL PENYUSUN BETON BERTULANG

Penyusun Beton Beton merupakan campuran antara bahan agregat halus dan kasar dengan pasta semen (kadang-kadang juga ditambahkan admixtur...