Penyusun Beton
Beton merupakan campuran antara bahan agregat halus dan kasar dengan
pasta semen (kadang-kadang juga ditambahkan admixtures),
campuran tersebut apabila dituangkan ke dalam cetakan kemudian didiamkan akan
menjadi keras seperti batuan. Proses pengerasan terjadi karena adanya reaksi
kimiawi antara air dengan semen yang terus berlangsung dari waktu ke waktu, hal
ini menyebabkan kekerasan beton terus bertambah sejalan dengan waktu. Beton
dapat juga dipandang sebagai batuan buatan di mana adanya rongga pada partikel
yang besar (agregat kasar) diisi oleh agregat halus dan rongga yang ada di
antara agregat halus akan diisi oleh pasta (campuran air dengan semen) yang
juga berfungsi sebagai bahan perekat sehingga semua bahan penyusun dapat
menyatu menjadi massa yang padat.
1. Semen
Semen portland adalah semen hidraulis yang dihasilkan dengan cara
menghaluskan klinker yang terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang
bersifat hidraulis dengan gips sebagai bahan tambahan.
Perubahan komposisi kimia semen yang dilakukan dengan cara mengubah
persentase 4 komponen utama semen dapat menghasilkan beberapa jenis semen
sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Standar industri di Amerika (ASTM) maupun di
Indonesia (SNI) mengenal 5 jenis semen, yaitu :
a. Jenis
I, yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan-persyaratan khusus.
b. Jenis
II, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap
sulfat dan panas hidrasi sedang.
c. Jenis
III, yaitu semen portland yang dalam penggunaannnya menuntut persyaratan
Kekuatan awal yang tinggi setelah pengikatan terjadi.
d. Jenis
IV, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya menuntut panas hidrasi yang
rendah.
e. Jenis
V, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap
sulfat yang sangat baik.
2. Air
Air merupakan bahan penyusun beton yang diperlukan untuk bereaksi dengan
semen, yang juga berfungsi sebagai pelumas antara butiran-butiran agregat agar
dapat dikerjakan dan dipadatkan. Proses hidrasi dalam beton segar membutuhkan
air kurang lebih 25% dari berat semen yang digunakan, tetapi dalam kenyataan
jika nilai faktor air semen kurang dari 35% beton segar menjadi tidak dapat
dikerjakan dengan sempurna sehingga setelah mengeras beton yang dihasilkan
menjadi keropos dan memiliki kekuatan yang rendah. Kelebihan air dari proses
hidrasi diperlukan untuk syarat-syarat kekentalan (consistency) agar dapat dicapai suatu kelecakan (workability) yang baik. Kelebihan air
ini selanjutnya akan menguap atau tertinggal di dalam beton sehingga
menimbulkan pori-pori (capillary poreous)
di dalam beton yang sudah mengeras.
3. Agregat
Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi
dalam campuran mortar atau beton. Agregat ini kira-kira menempati sebanyak 70%
dari volume mortar atau beton. Pemilihan agregat merupakan bagian yang sangat
penting karena karakteristik agregat akan sangat mempengaruhi sifat-sifat
mortar atau beton (Tjokrodimuljo, 1996).
TABEL 1.2 BATAS-BATAS GRADASI AGREGAT HALUS MENURUT SNI
03-2834-1992
Ukuran
Saringan
|
Persentase
Berat yang Lolos Saringan
|
|||
Gradasi
Zone
I
|
Gradasi
Zone
II
|
Gradasi
Zone
III
|
Gradasi
Zone
IV
|
|
9,60
mm
|
100
|
100
|
100
|
100
|
4,80
mm
|
90-100
|
90-100
|
90-100
|
95-100
|
2,40
mm
|
60-95
|
75-100
|
85-100
|
95-100
|
1,20
mm
|
30-70
|
55-90
|
75-100
|
90-100
|
0,60
mm
|
15-34
|
35-59
|
60-79
|
80-100
|
0,30
mm
|
5-20
|
8-30
|
12-40
|
15-50
|
0,15
mm
|
0-10
|
0-10
|
0-10
|
0-15
|
TABEL 1.3 BATAS-BATAS GRADASI AGREGAT KASAR
Ukuran
Saringan
|
Persentase
Berat yang Lolos Saringan
|
|
5
mm sampai 38 mm
|
5
mm sampai 18 mm
|
|
38,0
mm
|
90-100
|
100
|
19,0
mm
|
35-70
|
90-100
|
9,6
mm
|
10-40
|
50-85
|
4,8
mm
|
0-5
|
0-10
|
Ukuran agregat dalam prakteknya secara umum digolongkan ke dalam 3
kelompok yaitu :
a. Batu, jika ukuran butiran lebih dari 40 mm.
b. Kerikil, jika ukuran butiran antara 5 mm sampai 40 mm.
c. Pasir, jika ukuran butiran antara 0,15 mm sampai 5 mm.
Butiran yang
lebih kecil dari 0,15 mm dinamakan “silt” atau tanah (Tjokrodimuljo, 1996).
TABEL 1.4 PERSYARATAN
KEKERASAN AGREGAT KASAR
Kekuatan
Beton
|
Maksimum bagian yang hancur dengan Mesin Los
Angeles,
Lolos Ayakan 1,7 mm (%)
|
Kelas I (sampai 10 MPa)
|
50
|
Kelas II (10MPa-20MPa)
|
40
|
Kelas III (di atas 20 MPa)
|
27
|
Berkaitan dengan pekerjaan konstruksi beton bertulang, ukuran
maksimum nominal agregat kasar harus tidak melebihi:
a. 1/5 jarak terkecil antara sisi-sisi cetakan, ataupun
b. 1/3 ketebalan pelat lantai, ataupun
c. 3/4 jarak bersih minimum antara tulangan-tulangan atau
kawat-kawat, bundel tulangan, atau tendon-tendon pratekan atau
selongsong-selongsong.
4. Bahan tambah
Bahan tambah yaitu bahan selain unsur pokok pada beton (air,
semen dan agregat) yang ditambahkan pada adukan beton, baik sebelum, segera
atau selama pengadukan beton dengan tujuan mengubah satu atau lebih sifat-sifat
beton sewaktu masih dalam keadaaan segar atau setelah mengeras. Fungsi-fungsi
bahan tambah antara lain: mempercepat pengerasan, menambah kelecakan (workability) beton segar, menambah kuat
tekan beton, meningkatkan daktilitas atau mengurangi sifat getas beton,
mengurangi retak-retak pengerasan dan sebagainya. Bahan tambah diberikan dalam
jumlah yang relatif sedikit dengan pengawasan yang ketat agar tidak berlebihan
yang berakibat memperburuk sifat beton (Tjokodimuljo, 1996). Bahan tambah menurut maksud penggunaannnya
dibagi menjadi dua golongan yaitu admixtures
dan additives.
Menurut Tjokrodimuljo (1996), bahan tambah dapat dibedakan menjadi 3
golongan, yaitu :
a. Chemical Admixtures merupakan bahan
tambah bersifat kimiawi yang dicampurkan pada adukan beton dengan maksud agar
diperoleh sifat-sifat yang berbeda pada beton dalam keadaan segar maupun
setelah mengeras, misalnya sifat pengerjaannya yang lebih mudah dan waktu
pengikatan yang lebih lambat atau lebih cepat. Superplasticizer merupakan salah satu jenis chemical admixure yang sering ditambahkan pada beton segar. Pada
dasarnya penambahan superplasticizer
dimaksudkan untuk meningkatkan kelecakan, mengurangi jumlah air yang diperlukan
dalam pencampuran (faktor air semen), mengurangi slump loss, mencegah timbulnya bleeding
dan segregasi, menambah kadar udara (air content)
serta memperlambat waktu pengikatan (setting
time).
b. Pozolan
(pozzolan) merupakan bahan tambah
yang berasal dari alam atau buatan yang sebagian besar terdiri dari unsur-unsur
silikat dan aluminat yang reaktif. Pozolan sendiri tidak mempunyai sifat semen,
tetapi dalam keadaan halus bereaksi dengan kapur bebas dan air menjadi suatu massa padat yang tidak
larut dalam air. Pozolan dapat ditambahkan pada campuran adukan beton atau
mortar (sampai batas tertentu dapat menggantikan semen), untuk memperbaiki
kelecakan (workability), membuat
beton menjadi lebih kedap air (mengurangi permeabilitas) dan menambah ketahanan
beton atau mortar terhadap serangan bahan kimia yang bersifat agresif.
Penambahan pozolan juga dapat meningkatkan kuat tekan beton karena adanya
reaksi pengikatan kapur bebas (Ca(OH)2) oleh silikat atau aluminat
menjadi tobermorite (3.CaO.2SiO2.3H2O).
Pozolan yang saat ini telah banyak diteliti dan digunakan antara lain silca fume, fly ash, tras alam dan abu sekam padi (Rice Husk Ash).
c. Serat
(fibre) merupakan bahan tambah yang
berupa asbestos, gelas /kaca, plastik, baja atau serat tumbuh-tumbuhan (rami,
ijuk). Penambahan serat ini dimaksudkan untuk meningkatkan kuat tarik, menambah
ketahanan terhadap retak, meningkatkan daktilitas dan ketahanan beton terhadap
beban kejut (impact load) sehingga
dapat meningkatkan keawetan/durabilitas beton, misalnya pada perkerasan jalan
raya atau lapangan udara, spillway
serta pada bagian struktur beton yang tipis untuk mencegah timbulnya keretakan.
No comments:
Post a Comment